Selasa, 14 Desember 2010

SEBUAH REPERTOIR

Ada suara berisik dari zaman yang sekarat
Jiwa-jiwa telah hilang dalam hutan logika
Nurani terasing dalam hiruk-pikuk peradaban
Pergiliran waktu membuat hati kian hitam
Topeng-topeng sandiwara terserak di mana-mana
Hingar-bingar pesta dunia telah dimulai
Kita larut dan ikut mabuk bersama

Ini adalah drama yang tak layak dipentaskan
Tirai panggung telah dibentangkan
Lampu-lampu telah dinyalakan

Biarlah kisah sunyi ini terekam dalam kenangan
Dalam bait-bait catatan harian masa silam
Tidak perlu ada yang membacanya
Tidak perlu ada yang mendengarnya

Hidup telah menawarkan banyak keindahan
Arus dunia mengajak kita terus hanyut
Semakin dalam…
Semakin tenggelam…

Hingga kita sampai pada satu titik balik
Ketika pintu cahaya telah ditemukan
Memperkenalkan kita tentang mana hitam dan putih
Kadang kita bimbang
Tapi manusia bisa memilih, manusia harus memilih

Skenario mulai dituliskan
Babak baru mulai dimainkan
Para aktor telah ditentukan

Aku bertanya: Sedanga apa kau?
Aku menjawab: Menulis puisi.
Aku bertanya: Untuk siapa?
Aku menjawab: Untuk diriku sendiri
Aku bertanya: Untuk apa?
Aku menjawab: Untuk sebuah drama
Aku bertanya
Aku menjawab
Aku tertawa

Kita sedang mementaskan drama kehidupan
Tiap langkah ini adalah perjuangan
Dan kita sedang berjalan menuju syurga, InsyaAllah

Kamis, 10 Juni 2010

IRONI

Dalam dingin pelukan malam
Aku mencari arti semua ini
Sesuatu yang tak pernah punya makna
Hanya kata dengan seribu tanya

Raga yang bicara menyulam rasa
Sebuah rindu yang tiada terkata
Hanya kupendam, hanya kusimpan
Seperti bulan di selimuti awan

Kala pagi menyuarakan cita
Aku jadi tak percaya pada hati
Asa itu jadi biasa
Aku jadi tak berguna
Semua sudah biasa

Seperti air mata untaikan kesedihan
Sebuah arti yang tak kan ditemui
Baik di kamus bahasa manapun
Hanya suara yang tak mau bicara
Dengan bahasa diam ia beri jawaban

Seperti pengembara bertanya pada bintang
Berlomba mencari sesuatu tak pasti
Tak tentu arah dan tujuan
Hanya punya satu impian

Cerita lama tentang seorang wanita
Yang punya cinta berjuta makna
Seperti madu yang mahal harganya
Atau api yang membakar kerangka
Hingga tiada bentuk tersisa
Karena rindu yang membunuh jiwa

Lalu waktu memberontak...
Kau disana berjalan mencari bahagia
Aku disini menunggu mati
Lalu bagaimana ku hidup tanpamu...?

Pontianak,
July 04

Kamis, 28 Januari 2010

BERITA DUKA CITA INDONESIA

Kemarin hari di televisi tua buatan cina
Berita duka kembali mengudara
Bercerita tentang negeri tak bernurani

Seorang nenek tewas terinjak saat berebut zakat
Seorang bayi dibuang ibunya di tempat sampah
Seorang bocah gelandangan sepuluh tahun mati di mutilasi

Kemarin hari pula, di layar televisi tua buatan cina pula
Berita duka sekali lagi mengudara
Bercerita pula tentang negeri yang tak bernuarani

Para pejabat dan menteri mendapat mobil mewah baru
Yang uangnya dari pajak rakyat miskin dan melarat
Seperti tak punya rasa malu mereka-mereka itu
Yang membuang 6,7 Triliun uang negara
Kemudian tidak ada yang merasa bertanggung jawab

Kemarin hari lagi, di layar televisi tua buatan cina lagi
Berita duka terus-menerus mengudara
Bercerita lagi tentang negeri yang tak bernuarani

Seorang Ibu di tangkap polisi karena mencuri dua buah coklat
Padahal penilep uang negara miliaran rupiah bebas lari ke luar negeri
Seorang ibu lain di hukum karena menulis keluhannya di surat elektronik
Padahal penyuap polisi dan jaksa tidak juga diadili kesalahannya
Meski dosanya sudah terdengar hampir di setiap telinga

Berita duka di negeri ini tidak berhenti mengudara
Seperti jargon lama Radio kita...
“Sekali di udara tetap di udara”

Sekarang, Mari kita heningkan cipta!

Selamat jalan nurani Indonesia
Semoga suatu saat nanti, engkau akan hidup kembali

Pontianak, Januari 2010

Selasa, 19 Januari 2010

DARI SEORANG PENYENDIRI KEPADA AYAHNYA

Ingin ku sampaikan ini padamu,
Meski aku tidak terbiasa menjadi melankolis
Di hadapanmu

Rasanya waktu berjalan terlalu cepat bagi kita berdua
Seperti baru kemarin rasanya aku masih menjadi anak-anak
Namun tanpa terasa kini aku sudah menjadi dewasa sepertimu

Kita memang sering tak sejalan
Karena kita sama-sama laki-laki yang keras kepala
Yang tidak mempercayakan takdir kita pada kata orang lain
Dan enggan menyerah sampai akhir

Engkau seperti tidak pernah termakan zaman
Meski bahu kukuhmu mulai surut menahan beban
Namun matamu senantiasa berbinar seperti dahulu
Tiap kali menatap anak-anakmu

Jika kemarin hari atau besok kita berselisih
Aku tahu kau tidak pernah menganggapnya serius
Selain sebagai dinamika pencarian jati diri untukku
Dan dengan mudah kau akan memaafkannya begitu saja

Dalam renungan-renungan kesendirianku
Kuingat lagi petuah-petuahmu abadimu
Yang kuukir di sisi relung hatiku
Pengalaman memang telah mengajarkanmu tentang segalanya
Rumusan kehidupan yang awam aku selami

Engkau adalah Ayahku!!!
Yang selamanya mengalirkan darah di tubuhku
Yang mewariskan namamu di ujung namaku
Agar aku tak salah langkah....

Pontianak, Januari 2010

Minggu, 10 Januari 2010

NYANYIAN KOTA CAHAYA

Wahai kalian penikmat kesunyian!
Yang terasing di rumahnya sendiri
Beginilah warna sejati sang malam
Hitam dan membeku

Kota cahaya bernyanyilah bersamaku
Tentang mimpi-mimpi dan jati diri
Senandungkanlah lagu kemerdekaan
Bagi mereka yang sendirian

Biarkan bintang menemani langkahku
Menjadi penunjuk jalan si pengembara ini
Agar aku tak tersesat dan hilang oleh zaman
Tak jadi pecundang paling menyedihkan

Kabut malam antarkanlah cinta dan rinduku
Yang padanya aku pernah berjanji:
Tidak akan kalah oleh siapapun
Kecuali pada Tuhan dan kematian

Singkawang, Desember 09

OMONG KOSONG

Orang bohong…
Omong kosong…
Aku dengar…
Mereka ngomong
Bohong-bohong
Aku lempar
Sandal bolong.

Pontianak, Juni 2009

AWARD..........





Alhamdulillah pada akhir tahun 2009 kemaren saya dan blog saya ini mendapat award dari salah seorang sahabat mas Aan. Agak terlambat nih majang di blog tapi nggak apa-apa lah. Semoga saja dengan award ini saya semakin termotivasi untuk terus ngeblog dan nulis.... buat sahabat blogger semua, tungguin aja ya giliran award dari saya....



DI NEGERI INI TIDAK ADA LAGI YANG NAMANYA KEADILAN

Kemarin dan hari-hari ini sama saja
Berita yang dibawakan di TV, itu-itu saja
Kasus korupsi yang tak pernah usai
Dan rakyat kelaparan

Kalau besok ada lagi bapak yang mencuri
Untuk makan anaknya
Ia akan masuk berita setelah di pukul massa
Di sisi kanan halaman lima surat kabar senja
Mukanya hancur dan berdarah-darah
Padahal maunya ia, hanya agar anaknya bisa makan
Tapi toh, siapa yang mau peduli

Dan tak jauh dari tempatnya
Mungkin hanya beberapa kilometer
Gubernur, Menteri, atau Presiden
Makan hingga perutnya kenyang dan buncit
Lalu tidur dengan permaisurinya yang cantik
Uangnya dari pajak rakyat
Termasuk dari bapak tadi, Si maling yang babak belur
Untuk cari makan anaknya

Si maling masuk penjara, mendekam berbulan-tahun
Kerena si anak merengek minta makan
Dia memang salah, mencuri tetap saja dosa
Tapi kemarin, Gubernurnya beli mobil baru
Dengan uang entah dari mana
Menterinya punya rumah baru dari
Bonus gaib sana-sini
Presidennya tidak usah dibicarakan lagi
Entah ada atau tidak penjara untuk mereka
Padahal mereka sudah terima gaji
Yang asalnya dari pajak rakyat
Pajak, kalau tak mau dibilang memeras
Karena semboyan yang dari rakyat
Untuk rakyat itu,
Melulu dari rakyat dan tak pernah
Dirasa untuk rakyat
Semuanya akhirnya membuncitkan perut penguasa

Sekarang kita tanya,
Dimanakah keadilan itu ?

Agustus 06