Rabu, 26 Februari 2014

UNTUK ZU II

Aku selalu berfikir kita masih punya banyak waktu, Zu…
Tanpa sadar bahwa semua di sekitar kita berubah
Padahal ia bukan waktu namanya kalau tak terus maju
Aku berubah, kau pun berubah
Dan kita tak pernah lagi sama

Apakah waktu sebegitu memusuhi kita?
Ah… tidak juga…
Kita sajalah terlalu sombong pada takdir
Padahal waktu sudah menyuruh kita menjadi dewasa
Tapi kita tidak mau menurutinya
Kita terlenan oleh bayangan dan angan-angan
Tanpa menyadari kita terpisah sehasta demi sehasta
Semakin jauh, hingga jarak membuat kita asing
Membuat kita tak lagi berbicara dengan cinta

Aku tidak akan menyalahkanmu, Zu…
Karena memang tidak ada yang keliru
Kau dan aku adalah protagonist dalam hidup ini
Tak ada yang mendikte kita dalam menentukan arah
Kita adalah manusia-manusia yang merdeka
Bahwa dalam setiap pilihan ada yang harus direlakan
Itu adalah keniscayaan…
Karena kemenangan yang diraih tanpa pengorbanan
Rasanya tidak cukup patut untuk dirayakan

Jika pada akhirnya kisah ini berakhir tak seindah mimpi
Aku akan dengan senang hati melepasmu
Mengakui ke kalahanku…
Tapi selama waktu masih menjanjikan harapan, Zu…
Aku akan tetap melangkah kepadamu
Merekonstruksi janji-janji
Merfleksi mimpi-mimpi


Jumat, 21 Februari 2014

TENTANG HUJAN

Saat memandang dunia yang berembun
Dari jendela kamarku
Selalu saja aku teringat padamu
Gadis manis berkerudung merah jambu
Yang datang kehujanan tanpa mantel
Menerobos hujan bulan februari

Matahari yang malu-malu bersinar
Dan air langit yang menyanyi riang di atap rumah
Memanggilku untuk turut serta menari
Bermain hujan seperti anak kecil
Tanpa perduli apapun lagi

Tersenyumlah padaku wahai hujan
Temani kesendirianku
Sampaikan rinduku padanya
Pada gadis manis berkerudung merah jambu
Yang menyukai hujan bulan februari

Selepas hujan...
Aku berharap pelangi yang indah
Dan senyum manismu sebagai hadiah