Gerbong-gerbong hitam penuh debu membisu
Sepasang mata tua itu kian sayu
Tangan lemahnya menggoreskan tinta hitam
Di garis-garis kehidupan yang belum mau berhenti
Baginya….
Hanya sebuah senyum getir hatinya
Berkata : Aku sudah lelah
Langit mengguyurkan hujan kepadanya
Tanpa perduli….gundahnya yang membiru
Tubuh kurusnya menggigil dalam temaram yang sunyi
Air hujan yang menusuk kulit, membuat hatinya
Yang dingin menjadi beku dan angin mengiris hatinya
Dengan pisau belati yang paling tajam
Rintihan dan air matanya sudah tak lagi sehangat dulu
Ia sudah lelah
Ia ingin berontak
Hatinya ingin teriak
Perut lapar yang tak jemu menyiksanya
Membuat semangat rentanya makin hilang dalam kabut
Jiwanya kian gentar pada dunia
Nyalinya sudah terkubur di dasar bumi
Dan malam membencinya setengah mati
Sudut gerbong kereta tua, tempatnya berhenti
Dari keras, kejamnya realita
Ia sudah lelah….
Detik jam merantai lengannya
Dunia jadi belenggu
Tuhan, pada-Mu ia bertumpu
Dibuatnya refleksi hati di atas kertas putih
Lagu-lagu cinta dijadikannya puisi tak bermakna
Tanpa punya kata-kata yang manis
Hanya jiwanya penuh khidmat meminta :
Wahai malaikat yang terjaga
Bolehkah kupinjam surga?
Aku sudah lelah dengan dunia.
Pontianak,
Oktober 04
Oktober 04