Jumat, 05 April 2013

PRIA DI PEREMPATAN ITU

Pria di perempatan itu tidak pernah aku lupakan

Dia yang pertama berdiri dahulu
Berada di garis depan membawa bendera
Dan spanduk-spanduk sederhana dari pilox
Meninggalkan ruang-ruang kuliah
Diktat-diktat tebal dari berbagai cabang ilmu
Mulai dari ilmu filsafat hingga risalah pergerakan
Juga meja dan kursi yang menjadi pasangan setia
Ia berdiri, bangkit, dan bergerak
Memandu barisan-barisan anti kezaliman
Dengan suara serak yang keluar dari corong
Pengeras suara
Ia berteriak, berseru
Nadanya sumbang dan tak berirama
Tapi bagiku seperti bensin
Meledak dan membakar semua orang

Pria itu tidak pernah aku lupakan
Ia selalu sederhana dalam bergaya
IPK nya tidak lebih dari angka tiga
Tapi caranya berbicara
Dan kata-kata yang datang darinya
Seperti mutiara yang bercahaya

Kutatap fotonya yang terbingkai figura emas
Kuberi salam hormat penuh takzim
Ucapan terima kasih dan doa syukur
Wajahmu tersenyum setia di situ
Tanpa bergeser barang seinci pun
Menatap dunia luar yang bising
Melihat tunas-tunas baru itu tumbuh subur
Menatap kami di sini
Meneruskan perjuanganmu

Pria di perempatan itu benar-benar tidak pernah aku lupakan
Ribuan orang mengantarkan kepergiannya
Aku salah satunya