Dia yang
pertama berdiri dahulu
Berada di
garis depan membawa bendera
Dan
spanduk-spanduk sederhana dari pilox
Meninggalkan
ruang-ruang kuliah
Diktat-diktat
tebal dari berbagai cabang ilmu
Mulai dari ilmu
filsafat hingga risalah pergerakan
Juga meja dan
kursi yang menjadi pasangan setia
Ia berdiri,
bangkit, dan bergerak
Memandu
barisan-barisan anti kezaliman
Dengan suara
serak yang keluar dari corong
Pengeras
suara
Ia
berteriak, berseru
Nadanya
sumbang dan tak berirama
Tapi bagiku
seperti bensin
Meledak dan
membakar semua orang
Pria itu
tidak pernah aku lupakan
Ia selalu
sederhana dalam bergaya
IPK nya
tidak lebih dari angka tiga
Tapi
caranya berbicara
Dan kata-kata
yang datang darinya
Seperti mutiara
yang bercahaya
Kutatap
fotonya yang terbingkai figura emas
Kuberi
salam hormat penuh takzim
Ucapan
terima kasih dan doa syukur
Wajahmu
tersenyum setia di situ
Tanpa
bergeser barang seinci pun
Menatap
dunia luar yang bising
Melihat
tunas-tunas baru itu tumbuh subur
Menatap
kami di sini
Meneruskan
perjuanganmu
Pria di
perempatan itu benar-benar tidak pernah aku lupakan
Ribuan orang mengantarkan kepergiannya
Aku salah satunya