Minggu, 27 September 2009

SAJAK SEPULUH SEPTEMBER

Bagaimana harus ku bercerita
Tentang hati ini kepadamu

Engkau sendiri mungkin tahu
Bagaimana kisah ini bermula
Karena engkau, adalah tokoh utamanya
Tanpa kau sadari atau tidak

Engkau datang begitu saja dalam hidupku
Tanpa izin, kau mengambil tempat
Di sisi ruang hatiku
dan kemudian hadir
menyapaku dalam mimpi-mimpi

Kemudian semuanya membuat aku resah
Semuanya membuatku gelisah
Tapi rasanya benar-benar indah

Bagaimana harus ku bercerita
Tentang hati ini kepadamu

Entah jika esok hari kita bertemu
Di jalan atau di pasar
Apakah kau akan menyapaku sehangat dahulu?
Saat kita masih duduk di ruang yang sama
Memandang ke arah yang sama
Dan memakai seragam yang sama

Apakah kita masih seperti dahulu
Malu-malu ketika harus berbicara soal cinta
Dan akhirnya semuanya cukup kita simpan
Di hati saja

Sekarang kita sudah dewasa
Dan kita menjadi begitu berbeda
dalam banyak hal
bahkan semua

Besok aku ingin kembali bertemu denganmu
Seperti saat kita masih duduk di ruang yang sama
Memandang ke arah yang sama
Dan memakai seragam yang sama
Seperti dahulu

Sapalah aku dengan suara hangatmu yang khas
Tunggulah aku di muka pintu rumahmu
Memanggil namaku dengan lembut
Dan membawakan ku cangkir dan seduhan teh
Yang kau buat memang hanya untukku
Sandarkanlah kepalamu ke bahu ini
Kemudian berceritalah, aku akan mendengarkannya
Dengan bahasa yang mungkin hanya kita saja yang tahu
Tanpa ada yang mengerti
Tanpa ada yang akan perduli
Selain kita

Hidup kita memang tidak lagi sama
Semuanya memang tidak lagi pernah sama
Kita sudah punya jalan sendiri-sendiri
Engkau dengan hidupmu sendiri
Aku dengan hidupku sendiri
Dan cinta kita
Juga mungkin tidak akan pernah sama

Tapi aku akan jalan terus
Walau kita berbeda dalam cinta dan semuanya
Tersenyum padamu
Dan menunduk malu-malu seperti dahulu
Saat setiap kali kita bertemu muka
Dan berpapasan di lorong panjang depan kelasku

Bagaimana harus ku bercerita
Tentang hati ini kepadamu

Engkau akan tetap ada untukku
Dalam kenangan-kenangan dan harapan
Dan juga hidup yang selalu biru

Pontianak,
10 september 09

AKU MEMANG TIDAK MENGENALMU, TAPI KITA BERDIRI DI TANAH YANG SAMA

Untuk mereka yang tidak pernah mau tunduk
pada ketidakadilan

Kita memang tidak saling mengenal,
Tapi kita hidup dalam jiwa yang sama,
Dalam cita-cita yang tidak ada beda,
Dan tidak sudi tunduk pada musuh yang sama
Bernama kedzaliman

Berdiri kita di garis depan,
Kau dengan barisanmu
Aku dengan barisanku,
Kita berteriak!
Dengan teriakan yang sama,
Pada musuh yang sama,
Yang bergetar ketika melihat kita
Begitu kokohnya dalam keteguhan,
Walau tanpa di bayar sekedarnya
Dan moncong senapan di arahkan ke muka kita
Karena kita adalah orang muda
Yang tidak pernah takut mati

Aku memang tidak mengenalmu,
Tapi aku adalah kau,
Kau adalah aku,
Semua itu hanya kerena satu hal sederhana,
Karena kita punya satu persamaan saja,
Kita berdiri di tanah yang sama
Kita menjejak di bumi yang sama,
Negeri Indonesia.

Bila kuceritakan pada anak cucuku nanti,
Tentang perjuangan hari ini,
Semoga mereka mengerti
Bahwa ini bukanlah panggung puja-puji
Bukan tempat mencari kehidupan sendiri,
Tapi aku datang ke sini,
Hanya karena panggilan nurani
Yang kudengar dan kuturuti

Seperti yang juga kau lakukan
Dan kau wariskan kini di jiwa kami
Pemuda negeri ini

Pontianak,
september 09

AKU ADALAH ORANG-ORANG HILANG

Aku adalah orang-orang hilang…..
Terperangkap dalam kesemuan yang aku benci

Inilah ketidakadilan memelekku erat
Dan enggan melepaskanku barang sejenak
Mereka adalah tiran
Dan aku bukan pemberontak
Aku hanya ingin bergerak

Aku adalah orang-orang hilang......
Tersesat pada hidup dan mati
Cari aku di tempat sepi
Di rumah kesunyian dan senyap bertakhta
Jadi raja
Dan kita bisa kontempolasi
Sepuasnya, tanpa ada yang membataskan
Kita bertanya pada diri kita
Dan aku bertanya
Pada diri ku
Orang Hilang-kah Aku?

Aku adalah orang-orang hilang....
Tergolek di pusara kejujuran
Tengoklah jelas-jelas
Keadilan itu sudah kering dari tanah ini
Dan kebenaran sedang kemarau untuk menetes ke mari
Tanaman kita mati, ternak kitapun mati,
kejujuran kita mati, idealisme kitapun mati
setelah itu kita jugapun akan mati

Aku adalah orang-orang hilang....
Di negeri yang sekarat ini

Tapi aku heran, tidak adakah orang lain, yang juga menyadarinya
Seperti aku?

Pontianak,
September 2009

SAJAK GENERASI MUDA UNTUK BANGSA

Lama sudah rasanya kami dibohongi oleh kata-kata
Yang tidak juga kami temukan di dalam dunia nyata
Ini negeri, paling kaya di seluruh dunia,
Baik dari sumber daya, flora fauna maupun budaya.

Bertahun-tahun juga kami diyakinkan setengah mati
Bahwa merdekanya bangsa ini sudah terjadi lama sekali
Yang nyata tidak juga kami temukan kini,
Hanya berganti rupa dengan sedikit modifikasi
Penjajahan itu,
Kalau dahulu ia bisa di lawan dengan bedil dan peluru,
Tapi penjajah yang sekarang tidak bisa ditembak mati.
Karena bentuknya tidak ada, tapi sungguh-sungguh nyata.
Dan penjajahan itu sekarang menjelma segala rupa,
Baik disadari atau tidak.
Baik dilawan maupun tidak,
Bahkan malah ada yang memeliharanya
Dijaga-jaganya, biar negeri ini
Tidak juga merdeka,
Dan mereka yang dapat untungnya

Rasanya sekarang sudah saatnya kita bergerak,
Bukan lagi hanya diam atau bicara saja
Tapi benar-benar bergerak
Dengan benar-benar gerak
Dengar itu, langkah kami yang berderak,
Muda, kreatif, sangat berbahaya,
Hingga orang banyak yang bertanya
Tentang apa yang bisa kami lakukan

Biar kami jawab dengan pasti:
Dahulu di negeri ini, orang muda yang pertama
Teriak MERDEKA!!!
Dan sekarang, biar kami yang akan sekali lagi teriak MERDEKA!!!

Pontianak,
September 2009

Rabu, 23 September 2009

DAUN

Dalam hening dan sunyi
Ku lihat daun yang berguguran
Warna kuning yang unik
Dan tetes embun yang cantik

Daun... daun...
Kalian yang telah tua harus pergi
Adakah penyesalan?
Ketika tubuh renta tidak lagi kembali berbisik
Hanya diam tak punya arti
Lalu pergi seperti daun kuning yang unik

Pontianak,
8 Januari 05

DUNIA

Mengapa kau tak beri muka pada kami?
Orang-orang lemah yang hampir mati ini
Cari....carikan kami kehidupan
Atau kau biarkan kami mati di tanahmu?

Kau paksa kami merangkak mengejarmu
Kau ingin kami bersujud kepadamu
Tidak akan....
Engkau hanyalah dunia
Yang berdandan sepanjang zaman
Lalu kemudian di bakar Tuhan

Juni 05

HARUM WAKIL RAKYAT

Aku mencium bau harum dari gedung wakil rakyat
Dari ruang-ruang sidang paripurna
Dari kursi-kursi empuk pejabat tinggi
Dari kumpulan orang per orang
Yang katanya mengaku pejuang aspirasi masyarakat
Bau apa ini?
Semerbak dan menusuk hidung
Harum yang bukan dari parfum yang biasa mereka pakai
Ini bau harum moral mereka
Sudah lama tidak tercium oleh orang negeri ini
Aku terbangun......
Sialnya itu cuma mimpi siang bolong
Entah defenisinya mimpi buruk atau baik?
Soalnya mimpi ini memang benar-benar mimpi
Bukan kenyataan yang benar-benar ada
Tapi sekarang hidungku mencium bau yang lain
Bau busuk yang sangat mengganggu
Dan yang kali ini, benar-benar dari dunia nyata


Pontianak,
Desember 08

Kamis, 03 September 2009

SILAHKAN BERJANJI

Rakyat Indonesia tidak lagi kelaparan
Sudah kenyang
Dari panggung-panggung orasi
Muncul juga lewat iklan televisi
Terlebih dalam debat dan paparan visi-misi
Kita semua disuapi, sampai buncit perut ini

Di sini ada janji, di situ juga janji, semua bisa janji
Monyet juga bisa janji,
Setinggi gunung janji itu di tumpuk di negeri ini
Lalu kita dipaksa makan
Disuapi, dijejali, disesaki janji tanpa spasi
Sampai suatu saat nanti, janji itu dilupakan sama sekali
Kalau sudah begini, kita cuma bisa sakit hati

Setelah ini kita siapkan betul-betul
Kalau perlu sewa debt kolektor paling handal
Untuk menagih janji-janji
Biar kita hajar saja sampai mati
Kita buat berdarah-darah, mereka yang ingkar janji

Rakyat Indonesia tidak lagi kelaparan
Sudah kenyang...
Oleh Janji...


Pontianak,
Juni 2009